PASUKAN antiteroris mengendap-endap di antara rimbun ilalang. Mereka terus mengawasi sebuah rumah yang menjadi target sarang para teroris. Pasukan ini terus waspada sembari membawa senapan laras panjang. Dor..dor..dor..suara tembakan menyalak. Seorang teroris pun terkena peluru dan menyerah sembari mengangkat kedua tangannya. Selang beberapa menit, sarang teroris pun berhasil dikuasai tim pasukan khusus antiteroris.
Skenario perang ini kerap dirancang sebelum memulai permainan airsoftgun. Temanya bisa beragam. Sejak 31 Januari 2010 lalu, satu lagi kelompok Brigade-31/GTS terbentuk dan ikut meramaikan komunitas airsoftgun di Samarinda. Asal-muasal nama Brigade-31/GTS disesuaikan dengan tanggal kapan dibentuk dan alamat kantor sekretariatnya.
"GTS kepanjangan dari Grand Taman Sari, tempat sekretariat kami berada. Brigade digunakan karena biar sedikit berbau militer," kata Dedeng, anggota Brigade-31/GTS didampingi Ketua Brigade- 31/GTS, Guntur.
Komunitas ini kerap menyalurkan hobi mereka pada Sabtu, Minggu atau hari libur lainnya. Kebanyakan, mereka memilih kawasan Perumahan Grand Taman Sari sebagai tempat outbond. Pasalnya, kawasan perumahan masih memiliki lahan yang cukup luas. Bahkan, beberapa rumah masih terlihat kosong tanpa pintu dan jendela. Rumah kosong ini kerap digunakan kelompok airsoftgun baru ini sebagai benteng pertahanan. "Selain perumahan GTS, kami juga kadang-kadang memilih lokasi di Palaran dan KRUS (Kebun Raya Unmul Samarinda). Ini dilakukan agar kami tidak bosan bermain di satu tempat saja," tambahnya. Tak jarang, kelompok airsoftgun ini mengajak tim dari kelompok lain untuk bermain bareng.
Beberapa pekan lalu, Brigade-31/GTS mengundang rekan-rekan airsoftgun dari Area 541 dan Nervor. "Kami ingin menjalin kekompakan pula dengan kelompok airsoftgun lain di Samarinda," tutur Dedeng.
Dalam kegiatan outbound ini, mereka berbaku tembak antara dua kelompok bersenjata. Brigade-31/GTS lebih banyak beranggotakan dari kalangan developer Perumahan Grand Taman Sari. "Tapi, kami tidak menutup keanggotaan dari luar. Silakan bergabung," tawarnya.
Mereka juga memiliki perlengkapan senjata yang mirip persenjataan militer seperti jenis Sniper, M4, AK 74, G36C, Styer, Softguns dan MP5. Beragam senjata ini dipesan khusus dari Jakarta, Bandung dan Semarang. "Senjata ini hanya replika. Tampilannya memang seperti senjata betulan," jelas Dedeng.
Peluru yang dipakai bentuknya bulat kecil terbuat dari plastik berukuran 6 milimeter. Peluru ini bisa membekas pada kulit orang yang terkena tembakan. Maka itu, setiap anggota mesti memakai kacamata khusus yang disebut google. "Bagi para pemula yang ingin bergabung dan tidak memiliki senjata, kami bersedia meminjamkannya," kata Dedeng.
Skenario perang ini kerap dirancang sebelum memulai permainan airsoftgun. Temanya bisa beragam. Sejak 31 Januari 2010 lalu, satu lagi kelompok Brigade-31/GTS terbentuk dan ikut meramaikan komunitas airsoftgun di Samarinda. Asal-muasal nama Brigade-31/GTS disesuaikan dengan tanggal kapan dibentuk dan alamat kantor sekretariatnya.
"GTS kepanjangan dari Grand Taman Sari, tempat sekretariat kami berada. Brigade digunakan karena biar sedikit berbau militer," kata Dedeng, anggota Brigade-31/GTS didampingi Ketua Brigade- 31/GTS, Guntur.
Komunitas ini kerap menyalurkan hobi mereka pada Sabtu, Minggu atau hari libur lainnya. Kebanyakan, mereka memilih kawasan Perumahan Grand Taman Sari sebagai tempat outbond. Pasalnya, kawasan perumahan masih memiliki lahan yang cukup luas. Bahkan, beberapa rumah masih terlihat kosong tanpa pintu dan jendela. Rumah kosong ini kerap digunakan kelompok airsoftgun baru ini sebagai benteng pertahanan. "Selain perumahan GTS, kami juga kadang-kadang memilih lokasi di Palaran dan KRUS (Kebun Raya Unmul Samarinda). Ini dilakukan agar kami tidak bosan bermain di satu tempat saja," tambahnya. Tak jarang, kelompok airsoftgun ini mengajak tim dari kelompok lain untuk bermain bareng.
Beberapa pekan lalu, Brigade-31/GTS mengundang rekan-rekan airsoftgun dari Area 541 dan Nervor. "Kami ingin menjalin kekompakan pula dengan kelompok airsoftgun lain di Samarinda," tutur Dedeng.
Dalam kegiatan outbound ini, mereka berbaku tembak antara dua kelompok bersenjata. Brigade-31/GTS lebih banyak beranggotakan dari kalangan developer Perumahan Grand Taman Sari. "Tapi, kami tidak menutup keanggotaan dari luar. Silakan bergabung," tawarnya.
Mereka juga memiliki perlengkapan senjata yang mirip persenjataan militer seperti jenis Sniper, M4, AK 74, G36C, Styer, Softguns dan MP5. Beragam senjata ini dipesan khusus dari Jakarta, Bandung dan Semarang. "Senjata ini hanya replika. Tampilannya memang seperti senjata betulan," jelas Dedeng.
Peluru yang dipakai bentuknya bulat kecil terbuat dari plastik berukuran 6 milimeter. Peluru ini bisa membekas pada kulit orang yang terkena tembakan. Maka itu, setiap anggota mesti memakai kacamata khusus yang disebut google. "Bagi para pemula yang ingin bergabung dan tidak memiliki senjata, kami bersedia meminjamkannya," kata Dedeng.
Ada fotonya pak yoh.....
BalasHapushehehe
yg buat blogspot ini bleho kh pak ?.........
BalasHapushahahahaha :D
siiiiiiiiiiip tambah lg gan
BalasHapusbeneran bisa minjem aegnx?costnx berapa?
BalasHapusAyooo sekarang diulas facebooknya doongg...hehehe
BalasHapusBtw...ulasan ttg senjata terhebat sepanjang masa kok ga ada? "Avtomat Kalashnikov- 47/74 ?
ulasin dong.....:D
Ulasan AK 74nx menyusul ya....
BalasHapusini bru AK 47 dulu
masih aktif ga bos??
BalasHapus